Rossi Jadi Raja Lagi, Bisakah?
Selasa, 11 Maret 2008 | | |Dua tahun setelah kemunculannya di grand prix balap motor, Valentino Rossi langsung jadi raja yang sulit ditaklukkan. Setelah dua tahun terakhir gagal, masih bisakah dia bertahta lagi?
Di kelas 125, 250 hingga 500cc (kemudian berganti menjadi MotoGP), Rossi masing-masing cuma butuh setahun untuk bisa menjadi juara. Jadi tak mengherankan kalau hingga musim ke-10-nya di grand prix balap motor, tujuh gelar juara dunia bisa dia dapatkan.
Tapi raihan fenomenal itu berhenti sampai tahun kesepuluh. Di tahun ke-11 dia kalah oleh Nicky Hayden dan harus puas jadi runner up, sedangkan tahun lalu dia dipecundangi dua pembalap muda, Casey Stoner dan Dani Pedrosa.
Menghadapi musim 2008 yang akan dimulai kurang dari dua pekan lagi, tentunya masih ada optimisme dari kubu Yamaha dan Rossi sendiri untuk meraih gelar juara kedelapan.
Pergantian ban dari Michelin ke Bridgestone bisa dibilang menjadi lompatan terbesar Rossi musim ini. Ban memang jadi masalah krusial yang selalu dikeluhkan pembalap Italia itu hampir sepanjang musim 2007.
Dalam hal performa motor, rider 29 tahun itu kini mungkin tak harus terlalu minder dengan Stoner yang punya tunggangan dahsyat bernama Desmosedici GP8. Beberapa pekan lalu pihak Yamaha memastikan kalau power motor sudah ditambah lima tenaga kuda, sebelum seri pertama YZR-M1 malah akan ditambah tiga sampai empat tenaga kuda lagi.
Saat melakukan ujicoba di Jerez dua pekan lalu, Rossi memang masih tertinggal cukup jauh dari Stoner dengan selisih waktu mencapai 1,317 detik. Tapi karena lintasan basah dan masih dalam tahap adaptasi dengan Bridgestone, Rossi tak terlalu memusingkan hal tersebut.
Tapi kalau tidak segera menyesuaikan diri dengan Bridgestone, Rossi sangat mungkin terkendala masalah yang sama seperti tahun lalu. Apalagi Fiat Yamaha juga "terpecah" mengingat rekan setimnya, Jorge Lorenzo, akan menggunakan Michelin.
Ini bisa menjadi ancaman serius. Jika musim lalu dia bisa menggunakan data dari rekan setimnya, tahun ini Rossi harus "berjuang" sendiri. Ingat juga kalau Italiano keriting itu masih harus meraba-raba mencari setting yang tepat untuk mengkombinasikan Yamaha YZR-M1 dengan Bridgestone di setiap seri.
Hal tersebut memang masih bisa diakali dengan memaksimalkan setiap sesi latihan resmi, tapi itu tetap saja sebuah perjudian. Jika berhasil dia tentu berpeluang merebut kembali mahkotanya, tapi jika gagal seluruh fans The Doctor yang kecewa harus menunggu lebih lama lagi untuk melihat jagoannya merengkuh gelar kedelapan.
Jadi, bisa juara lagi tahun ini, Rossi?
Di kelas 125, 250 hingga 500cc (kemudian berganti menjadi MotoGP), Rossi masing-masing cuma butuh setahun untuk bisa menjadi juara. Jadi tak mengherankan kalau hingga musim ke-10-nya di grand prix balap motor, tujuh gelar juara dunia bisa dia dapatkan.
Tapi raihan fenomenal itu berhenti sampai tahun kesepuluh. Di tahun ke-11 dia kalah oleh Nicky Hayden dan harus puas jadi runner up, sedangkan tahun lalu dia dipecundangi dua pembalap muda, Casey Stoner dan Dani Pedrosa.
Menghadapi musim 2008 yang akan dimulai kurang dari dua pekan lagi, tentunya masih ada optimisme dari kubu Yamaha dan Rossi sendiri untuk meraih gelar juara kedelapan.
Pergantian ban dari Michelin ke Bridgestone bisa dibilang menjadi lompatan terbesar Rossi musim ini. Ban memang jadi masalah krusial yang selalu dikeluhkan pembalap Italia itu hampir sepanjang musim 2007.
Dalam hal performa motor, rider 29 tahun itu kini mungkin tak harus terlalu minder dengan Stoner yang punya tunggangan dahsyat bernama Desmosedici GP8. Beberapa pekan lalu pihak Yamaha memastikan kalau power motor sudah ditambah lima tenaga kuda, sebelum seri pertama YZR-M1 malah akan ditambah tiga sampai empat tenaga kuda lagi.
Saat melakukan ujicoba di Jerez dua pekan lalu, Rossi memang masih tertinggal cukup jauh dari Stoner dengan selisih waktu mencapai 1,317 detik. Tapi karena lintasan basah dan masih dalam tahap adaptasi dengan Bridgestone, Rossi tak terlalu memusingkan hal tersebut.
Tapi kalau tidak segera menyesuaikan diri dengan Bridgestone, Rossi sangat mungkin terkendala masalah yang sama seperti tahun lalu. Apalagi Fiat Yamaha juga "terpecah" mengingat rekan setimnya, Jorge Lorenzo, akan menggunakan Michelin.
Ini bisa menjadi ancaman serius. Jika musim lalu dia bisa menggunakan data dari rekan setimnya, tahun ini Rossi harus "berjuang" sendiri. Ingat juga kalau Italiano keriting itu masih harus meraba-raba mencari setting yang tepat untuk mengkombinasikan Yamaha YZR-M1 dengan Bridgestone di setiap seri.
Hal tersebut memang masih bisa diakali dengan memaksimalkan setiap sesi latihan resmi, tapi itu tetap saja sebuah perjudian. Jika berhasil dia tentu berpeluang merebut kembali mahkotanya, tapi jika gagal seluruh fans The Doctor yang kecewa harus menunggu lebih lama lagi untuk melihat jagoannya merengkuh gelar kedelapan.
Jadi, bisa juara lagi tahun ini, Rossi?